Kenal Tuhan Sesuai Penerimaannya

Terletak di pinggiran Jakarta Bagian Timur masuk wilayah Bekasi Barat, Tepatnya di Pekayon Terdapat rumah yatim Darutaqwa. Setiap malam jum'at diadakan majelis pengkajian Ilmu " Pengenalan Terhadap Allah" dimulai dari jam 10.30 s/d menjelang subuh, dengan diawali pembacaan Yasin Fadillah kemudian zikir dan diteruskan kepada pengkajian ilmu dengan merujuk pada kitab tetang ilmu para sufi terdahulu, dengan dibimbing Guru "Abdul Hadi" yang masih relatif muda (Semoga beliu diberi kesehatan dan umur yang panjang), acara dikemas dengan suasana penuh gelak tawa, dan kekeluargaan. dimaksudkan agar bisa diterima dan dipahami, pengkajian ilmu ini dengan sepenuh paham dan diterima sepenuh penerimaannya hingga terjadi persepsi dengan sudut pandang yang sama dalam mengenal Allah.

Seperti biasanya setelah selesai belajar saya pulang kemudian diskusi dirumah tentang ilmu yang baru saja dikaji. bersama teman-teman seperjuangan sampai matahari mulai terbit. kebetulan di tempat saya tinggal ada 5 orang yang ikut termasuk saya. Begitulah rutinitas ini selalu dilaluinya.

Pada hari itu hari sabtu pagi saya sungguh-sungguh dikagetkan dengan anak umur 2.5 th yang notabene masih harus banyak belajar menambah perbendaharaan kata ditanya oleh Ayahnya Allah ada dimana Dafa? jawab anak itu Allah ada di sini sambil menepuk dadanya dengan tangan kanan, Perasaan saya kacau spontan darah jadi naik, emosi terguncang begitu hebat dahi mengerut, mata sedikit melotot menahan amarah yang memang tidak perlu keluar saya hanya mampu ngeloyor masuk kamar, merebahkan badan, mata menatap ke atas tidak tahu apa-apa dan merasakan betapa bodohnya manusia. Lalu saya berfikir keras bagaimana mengenalkan Allah kepada anak semenjak dini, pikiran itu sungguh mengganggu berhari-hari bahkan berbulan-bulan mengingat lagi ; sungguh anak itu tidak berdosa dan manusailah " sebagai orang tualah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani " miris sekali rasanya. salah menerangkan bisa jadi Murtad (Persepsi Tuhan Jadi Salah) dan ini sepertinya jadi pekerjaan tambahan seumur hidup sampai anak benar-benar dewasa.

Suatu ketika saya mengajak jalan-jalan Laili ke Duffan. Di pintu gerbang pertama langsung dengan senyum-senyum menarik tangan mengisaratkan ingin naik Komedi Putar, setelah itu kemudian, kincir angin raksasa, saat perlahan naik keatas Laili memperhatikan orang-orang pada teriak dibawah dan menanyakan itu apa ? aku jawab kora-kora. dan lailipun menyahut itu pada takut ya ? iya, itu bahaya ya ? iya, saya melihat Laili mulai mengerti permainan anak-anak seusianya dan sangat menikmatinya terutama waktu masuk istana Boneka, Dan juga permainan lain yang sekeranya dia berani. Sampailah pada bioskop "Perang Bintang" melihat antrian yang panjang Laili tertarik untuk ikut masuk, memang kita semua belum tahu apa yang ada di dalamnya, saat ada pengarahan filem yang nanti akan kita perankan dalam hati wah cuma begini, begitu masuk ke ruang pemutaran film dan dipakai sabuk pengaman, dengan duduk sendiri Laili mulai nangis dan tak berani menatap ke depan ditambah lagi goncangan tempat duduk yang kuat, membuat Laili cuma bisa duduk miring menyandarkan kepala pada sandaran tangan membuat orang tuanya cemas dan tak bisa konsentrasi, saat itu tidak bisa menolong hanya memegang, dan mengelus-elus untuk membuat Laili tenang.

Dalam perjalanan pulang terpikir semua peristiwa tadi, dan mengalirkan kepada jiwa sebuah perenungan bagaimana mengajarkan sesuatu kepada Anak, tidak boleh dipaksaan, biarkan anak mengenal sesuatu dengan sendirinya. Sekaligus sebagai orang tua harus otoriter ketika anak menuju kearah yang tidak benar. Lalu bagaimana memperkenalkan Tuhan kepada Anak, sebagai orang tua yang merupakan wakil Tuhan dimuka bumi buat anak-anak nya harus selalu bermohon diberikan petunjuk dalam mendidik anak, dan hanya memberi contoh yang baik dan kata yang lemah lembut dengan seizin Allah semua akan tercapai akhirnya " Ya Allah Ilmukan dan Sidikanlah Hambamu " untuk marifat kepadaMu